Sabtu, 07 November 2015

Proposal Proyek Kimia Analitik Terapan "Penentuan Kadar Mineral Ca Pada Biji Wijen



TUGAS PROYEK
KIMIA ANALITIK TERAPAN
KELOMPOK 4
“ PENENTUAN KADAR MINERAL KALSIUM PADA BIJI WIJEN”


Disusun Oleh:
1.    NOVA MARDIANA ASTI
2.    RAFLEE OCTAVIAN MANSURINA
3.    SYAHRIANA NUR SAKINAH
4.    VERNANDO HENRY APRILLIO SIBAGARIANG
KELAS XI ANALIS KIMIA B
SMK NEGERI 1 BONTANG
2015/2016




BAB I
PENDAHULUAN
1. 1.      Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui bahwa salah satu biji yang kaya manfaat yang dapat tumbuh subur di Indonesia adalah biji wijen (Sesamum indicum L. syn. Sesamum orientalis L.). Karena selain bibitnya yang sulit didapat, cara penanaman buah ini tergolong agak sulit. Karena salah dalam teknik penanaman dapat membuat hasil dari biji wijen menjadi tidak seperti yang diharapkan.
Jarang kita jumpai di setiap daerah entah kota atau desa, terdapat perkebunan wijen (Sesamum indicum L. syn. Sesamum orientalis L.). Hal inilah yang menjadi pemicu utama mahalnya harga biji wijen di pasaran. Namun belum banyak orang yang mengetahui khasiat lain dari manfaat biji wijen ini selain digunakan sebagai pelapis bahan makanan olahan khas jawa yaitu onde-onde. Meskipun ada tapi sebagaian besar orang hanya sebatas mengetahui yaitu sebagai bahan penghias makanan olahan.
Jika hal ini terus-menerus dibiarkan dikhawatirkan produksi biji wijen semakin menurun dan mungkin berangsur-angsur akan banyak orang yang enggan untuk menggunakan dan membudidayakan biji wijen ini, padahal terdapat ada banyak sekali manfaat yang bisa kita peroleh dari mengkonsumsi biji wijen. Selain mengandung minyak yang baik untuk kesehatan ternyata biji wijen ini juga mengandung suatu zat antioksidan yang dapat mengobati beberapa macam penyakit jika dikonsumsi secara rutin. Kandungan lainnya yang terdapat pada biji wijen yaitu : Ca, Mg, Pb, Fe, Mn, Zn, Serat, Thiamin, Vitamin B6, P, dan Protein.
Terdapat 10 khasiat wijen yang luar biasa untuk kesehatan, diantaranya : Mencegah diabetes mellitus, menjaga kesehatan kulit, mengatasi anemia, menjaga kesehatan tulang, anti kanker, menjaga pencernaan, membantu pertumbuhan rambut, obat sakit gigi, meringankan arthritis, dan mengurangi stess. Dalam praktikum ini kami akan meneliti tentang kandungan Ca yang terdapat pada biji wijen.
            Berdasarkan praktikkum diatas Wijen mengandung energi sebesar 568 kilokalori, protein 19,3 gram, karbohidrat 18,1 gram, lemak 51,1 gram, kalsium 1125 miligram, fosfor 614 miligram, dan zat besi 10 miligram.  Selain itu di dalam Wijen juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0,93 miligram dan vitamin C 0 miligram.  Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Wijen, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 %.

1. 2.      Rumusan Masalah
1)      Berapa kadar Ca yang terdapat dalam biji wijen?
2)      Bagaimana teknik pengambilan sampel (sampling) pada biji wijen dengan metode quartering?
3)      Berapa kadar air pada biji wijen dengan metode oven udara?
4)      Barapa kadar abu pada biji wijen dengan metode pengabuan cara kering (langsung)?
5)      Berapa kadar mineral Ca dengan metode titrasi permanganometri?

1. 3.      Tujuan
1)   Untuk mengetahui kadar Ca yang terdapat pada biji wijen.
2)   Untuk mengetahui teknik pengambilan sampel (sampling) pada biji wijen dengan metode quartering.
3)   Untuk mengetahui kadar dari air biji wijen dengan metode oven udara.
4)   Untuk mengetahui kadar dari abu pada biji wijen dengan metode pengabuan cara kering (langsung).
5)   Untuk mengetangetahui kadar dari mineral Ca dengan metode titrasi permanganometri?

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil saat praktikum-praktikum dilaksanakan, yaitu :
1)   Siswa dapat mengetahui kadar mineral Ca pada biji wijen.
2)   Siswa dapat mengetahui teknik pengambilan sampel (sampling) pada biji wijen dengan metode quartering secara tepat.
3)   Siswa dapat mengetahui kadar air dari biji wijen dengan metode oven udara.
4)   Siswa dapat mengetahui kadar abu pada biji wijen dengan metode pengabuan cara kering (langsung).
5)   Siswa dapat mengetahui kadar mineral Ca dengan metode titrasi permanganometri.























BAB II
KAJIAN TEORI

2. 1.      Deskripsi Tentang Biji Wijen
Wijen mungkin lebih sering dikenal sebagai taburan pada kulit camilan onde-onde.  Atau biji dan minyaknya sering dijadikan pemberi aroma harum pada masakan seafood atau hidangan oriental. Dibalik rasa dan aromanya yang wangi, ternyata wijen menyimpan segudang manfaat untuk kesehatan.

Wijen (Pedaliaceae) diperkirakan berasal dari benua Afrika dan menyebar ke kawasan Asia dan berkembang menjadi salah satu unsur penyedap dan penambah aroma masakan di kawasan Asia. Selain dimanfaatkan untuk membuat makanan, masih banyak banyak orang yang belum tahu manfaat biji wijen yang ternyata luar biasa.

Melalui sejumlah penelitian, terungkap berbagai kandungan wijen yang kaya manfaat. Diantaranya golongan gliserida (asam oleat, linoleat, palmitat, stearat, mristinat, sesamin, sesamol, lignans, protein, prantosa, hingga vitamin A, B1 dan E). Keseluruhan kandungan ini, membuat wijen punya banyak manfaat yang secara umum bisa digolongkan ke dalam dua hal, yaitu untuk perawatan dan pengobatan.

Untuk perawatan, wijen punya khasiat mencegah kerontokan rambut, penuaan, kanker, hipertensi, stroke, dan penyakit degeneratif lainnya. Kandungan antioksidannya yang tinggi membuat wijen punya seluruh kemampuan itu.

Sedangkan untuk pengobatan, wijen bermanfaat menyembuhkan batuk, sakit perut, diare, kencing manis, sembelit, rematik, sakit kepala, hingga luka.  Wijen juga punya kemampuan untuk meningkatkan kinerja liver, serta menambah stamina.

Selain wijen putih yang kaya manfaat, terdapat juga wijen hitam yang lebih kaya kandungan zinc (seng) dan mangan yang bermanfaat untuk kesehatan gusi.  Kandungan kalsiumnya juga sangat tinggi. Dalam 100 gram biji wijen terkandung 1.125 miligram kalsium. Coba bandingkan dengan 2 gelas susu sapi segar yang hanya mengandung 600 miligram kalsium. Jadi mengunyah biji wijen sangat baik untuk kesehatan gigi, membersihkan plak dan merangsang pembentukan email gigi.

Kandungan lignans dalam biji wijen merupakan antioksidan kuat yang punya manfaat sebagai zat anti kanker dan fitosterol yang bermanfaat untuk menurunkan kolesterol.

2.1.1        Morfologi Tanaman Wijen
Akar tanaman ini bertipe akar tunggang dengan banyak akar cabang yang sering bersimbiosis dengan mikoriza VA (vesikular-arbuskular). Tanaman mendapat keuntungan dari simbiosis ini dalam memperoleh air dan hara dari tanah. Penampilan morfologinya mudah dipengaruhi lingkungan. Tinggi bervariasi dari 60 hingga 120cm, bahkan dapat mencapai 2-3m. Batangnya berkayu pada tanaman yang telah dewasa. Daun tunggal, berbentuk lidah memanjang. Bunga tumbuh dari ketiak daun, biasanya tiga namun hanya satu yang biasanya berkembang baik. Bunga sempurna, kelopak bunga berwarna putih, kuning, merah muda, atau biru violet, tergantung varietas. Dari bunga tumbuh 4-5 kepala sari. Bakal buah terbagi dua ruang, yang lalu terbagi lagi menjadi dua, membentuk polong. Biji terbentuk di dalam ruang-ruang tersebut. Apabila buah masak dan mengering, biji mudah terlepas ke luar, yang menyebabkan penurunan hasil. Melalui pemuliaan, sifat ini telah diperbaiki, sehingga buah tidak mudah pecah ketika mengering. Banyaknya polong per tanaman, sebagai faktor penentu hasil yang penting, berkisar dari 40 hingga 400 per tanaman. Bijinya berbentuk seperti buah apokat, kecil, berwarna putih, kuning, coklat, merah muda, atau hitam. Bobot 1000 biji 2-6g.Tanaman wijen memerlukan suhu yang cukup tinggi untuk tumbuh (asalnya dari daerah tropik). Tanaman ini cukup tahan terhadap kondisi kering, meskipun hasilnya akan turun jika kurang mendapat pengairan.

2.1.2        Klasifikasi Tanaman Wijen
Kingdom                     : Plantae
Fillum                          : Eudicots
Class                            : Asterids
Ordo                            : Lamiales
Famili                          : Pedalieceae
Genus                          : Sesamum
Spesies                         : Sesamum indicum
Nama binomial            : Sesamum indicumL.


2.1.3        Kandungan Gizi Biji Wijen
Biji wijen mengandung 50-53% minyak nabati, 20% protein, 7-8% serat kasar, 15% residu bebas nitrogen, dan 4,5-6,5% abu. Minyak biji wijen kaya akan asam lemak tak jenuh, khususnya asam oleat (C18:1) dan asam linoleat (C18:2, Omega-6), 8-10% asam lemak jenuh, dan sama sekali tidak mengandung asam linolenat. Minyak biji wijen juga kaya akan Vitamin E. Ampas biji wijen (setelah diekstrak minyaknya) menjadi sumber protein dalam pakan ternak.

2.1.4        Manfaat Biji Wijen
Wijen sudah sejak lama ditanam manusia untuk dimanfaatkan bijinya, bahkan termasuk tanaman minyak yang paling tua dikenal peradaban. Kegunaan utama adalah sebagai sumber minyak wijen. Bijinya yang berwarna putih digunakan sebagai penghias pada penganan, misalnya onde-onde, dengan menaburkannya di permukaan penganan tersebut. Biji wijen dapat dibuat pasta. Berbagai tradisi memasak yang memanfaatkan kedelai tersebar mulai dari kawasan Laut Tengah, seperti Yunani dan Turki, hingga Jepang dan semenanjung Korea.

2. 2.      Pengertian dan Manfaat Kalsium

2.2.1    Pengertian Kalsium
Kalsium merupakan sebuah elemen kimia yang memiliki symbol Ca dan nomor atom 20. Kalsium adalah mineral penting yang paling banyak dibutuhkan oleh manusia. Kalsium bermanfaat untuk membantu proses pembentukan tulang dan gigi serta diperlukan dalam pembekuan darah, kontraksi otot, transmisi sinyal pada sel syaraf.
Kalsium dapat membantu mencegah terjadinya osteoporosis. Kalsium dapat berperan dalam menurunkan tekanan darah serta dapat mengurangi resiko terkena penyakit kardiovaskuler pada wanita post-menupause.
2.2.2    Manfaat Kalsium
Kalsium adalah mineral yang amat penting bagi tubuh manusia. Kalsium memiliki manfaat antara lain untuk pertumbuhan tubuh, penghubung antar syaraf, kerja jantung, dan sebagainya. Berikut ,manfaat kalsium untuk tubuh manusia.
  1. Mengaktifkan saraf.
  2. melenturkan otot.
  3. Mengatasi kencing manis.
  4. Menormalkan tekanan darah.
  5. Menyeimbangkan tingkat keasaman pada darah.
  6. Membantu untuk mineralisasi gigi serta mencegah pendarahan pada akar gigi.
  7. Mencegah osteoporosis.
  8. Melancarkan sistem peredaran darah.
  9. Menurunkan risiko kanker usus.
  10. Mengatasi kram, reumatik, sakit pinggang dan juga wasir.
  11. Mengatasi keluhan pada saat terjadi hais atau menupause.
  12. Mencegah penyakit jantung.
  13. Meminimalkan penyusutan pada tulang selama masa hamil dan menyusui.
  14. Mengatasi kering serta pecah-pecah yang terdapat pada kulit kaki dan tangan.
Setelah umur melebihi 20 tahun, pada umumnya tubuh manusia akan mulai mengalami penurunan kalsium kurang lebih sebanyak 1% per tahun. Apabila setelah umur melebihi 50 tahun, jumlah kandungan kalsium akan menyusut sebanyak 30%. Kehilangan kalsium dapat mencapai 50% apabila sudah mencapai 50% ketika sudah mencapai umur 70 tahun.
Gejala kekurangan kalsium seperti lesu, meras agelisah, sesak napas, banyak berkeringat, menurunnya daya tahan tubuh, sakit pinggang, sembelit, kurang nafsu makan, insomnia, kram, dan sebagainya.
                                                                                           
2. 3. Teknik Pengambilan Sampel (Sampling)

2.3.1    Pengambilan Contoh (Sampling)
Sampel adalah bagian dari suatu lot (populasi) yang dapat mewakili sifat dan karakter populasi tersebut. Kesimpulan dari populasi yang mendekati kebenaran diawali dengan pengambilan sampel yang benar.
Pengambilan sampel yang mewakili adalah kemampuan untuk mendapatkan sejumlah sampel yang mewakili populasi (lot atau batch) dengan kondisi sampel tersebut dalam keadaan sesuai untuk pengujian atau pengolahan lebih lanjut.
Pengambilan sampel atau penarikan sampel adalah mengambil sejumlah atau sebagian bahan atau barang yang dilakukan dengan menggunakan metode tertentu sehingga bagian barang atau bahan yang diambil bersifat mewakili (representatif) keseluruhan barang atau bahan.
Dasar pertimbangan pengambilan sampel dalam penelitian adalah memperhitungkan masalah efisiensi (waktu dan biaya) dan masalah ketelitian dimana penelitian dengan pengambilan sampel dapat mempertinggi ketelitian, karena jika penelitian terhadap populasi belum tentu dapat dilakukan secara teliti.
Pengambilan sampel yang benar dan terpercaya memerlukan biaya yang lebih besar. Namun dilapangan biasanya tidak tersedia fasilitas yang ideal. Sampel yang diambil dari populasi yang benar dengan metode yang dapat dipertanggungjawabkan.

2.3.2    Langkah-langkah Pengambilan Contoh

1)      Persiapan Pengambilan Contoh/Sampel
Sebelum melakukan pengambilan sampel petugas pengambil contoh membuat rancangan pengambilan sampel yang terkait dengan memilih metode, peralatan dan waktu. Tentunya pilihan harus sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pengambilan sampel. Setelah rancangan pengambilan sampel dibuat maka selanjutnya melaksanakan pengambilan sampel sesuai dengan rancangan tersebut. Mengaplikasikan rancangan pengambilan sampel di lapangan petugas pengambil contoh harus mandiri (tidak mudah dipengaruhi), kreatif dan sadar adanya resiko.

2)      Metode Pengambilan Contoh/Sampling
Sampel yang diambil dari lapangan atau yang diterima di laboratorium dapat berbentuk cair (air, limbah), serbuk (tepung, tulang, garam dapur), gumpalan (batu kapur) atau lempengan (logam). Sampel yang berbentuk gumpalan ditumbuk, digerus menggunakan lumpang porselen, baja atau agate, tergantung pada kekerasan sampel atau dapat juga digunakan mesin penggiling. Sampel yang berbentuk lempengan logam biasanya dibor pada tempat-tempat tertentu. Serbuk hasil penumbukan, penggilingan atau pemboran kemudian dikumpulkan. Apabila cuplikan yang diterima banyak, maka jumlahnya harus dikurangi agar dalam penimbangan diperoleh sampel yang mewakili (representatif). Salah satu cara sampling adalah mengkuarter yang dilakukan dengan cara:
a.       Dihamparkan cuplikan di atas kertas atau lempengan plastik secara merata hingga ketebalan 2-3 cm.
b.      Dibuat diagonal dari sudut-sudutnya sehingga terdapat 4 buah segitiga.
c.       Diambil 2 segitiga yag berhadapan, sedangkan 2 segitiga yang lain disimpan.
d.      Cuplikan/sampel yang berasal dari 2 segitiga pertama diaduk lagi sampai rata, kemudian diulangi pekerjaan a. sampai d. hingga didapatkan cuplikan/sampel yang jumlahnya 50-100 gram.
e.       Sampel ini disimpan dalam botol bersih dan kering yang sudah diberi label dan sudah siap untuk ditimbang.


2. 4. Analisis Kadar Air

2.4.1    Dasar Analisis Kadar Air
Analisis dapat diartikan sebagai usaha pemisahan suatu kesatuan materi bahan menjadi komponen-komponen penyusunnya, kemudian dipakai sebagai data untuk menetapkan komposisi (susunan) bahan tersebut.
Berdasarkan sifat-sifat bahan atau komponen bahan maka disusun cara kerja atau prosedur analisis yang sistematis. Meskipun suatu bahan mungkin bersifat sangat spesifik (khusus) terhadap suatu perlakuan tertentu. Setiap prosedur analisis memiliki kekhasan tertentu beserta kelemahan dan kekuatannya sendiri-sendiri, untuk memperoleh keseragaman (konsistensi) maka harus dipilih suatu prosedur yang sama, sehingga dalam laporan, cara analisis mana yang dipakai harus dicantumkan atau bahkan disertakan prosedur kerjanya.
Persiapan analisis pentuan kadar air perlu dipertimbangkan beberapa hal, antara lain berkaitan dengan pemilihan prosedur analisis, pengambilan sampel atau cuplikan, dan langkah-Iangkah analisis. Apabila persiapan analisis telah dilakukan dengan balk maka pelaksanaan analisis diharapkan dapat berjalan dengan baik, sehingga hasil yang diperoleh juga akan memuaskan.





Ø  Prinsip Analisis Kadar Air
Analisis kadar air dengan cara pengeringan, prinsipnya adalah menguapkan air yang ada dalam bahan dengan cara pemanasan. Bahan ditimbang hingga berat konstan yang dapat diartikan semua air sudah teruapkan.
Analisis kadar air dalam bahan pangan penting untuk bahan pangan segar dan olahan. Analisis sering menjadi tidak sederhana karena air dalam bahan pangan berada dalam bentuk terikat secara fisik atau kimia dengan komponen bahan pangan lainnya sehingga sulit memecahkan ikatan-ikatan air tersebut. Hal ini mengakibatkan sulit memperoleh ketelitian analisis yang tinggi sehingga berkembanglah berbagai metode analisis kadar air.

Ø  Metode/Teknik Analisis Kadar Air
Metode yang digunakan untuk mendapatkan kadar air dalam bahan diperlukan hasil analisis dengan tingkat ketepatan dan ketelitian tertentu dan memerlukan metode analisis tertentu.
Analisis kadar air metode langsung dilakukan dengan cara mengeluarkan air dalam bahan pangan dengan bantuan pengeringan oven, distilasi, ekstraksi, dan teknik fisikokimia lainnya. Jumlah air dapat diketahui dengan cara penimbangan, pengukuran volume atau cara langsung lainnya. Metode ini mempunyai ketelitian tinggi, namun memerlukan pengerjaan relatif lama dan kebanyakan bersifat manual.
Metode analisis kadar air secara langsung ada 5, namun untuk praktikum ini kami menggunakan metode oven uap.

Metode oven udara
Prinsip metode oven udara didasarkan atas berat yang hilang sehingga sampel seharusnya mempunyai kestabilan panas yang tinggi dan tidak mengandung komponen yang mudah menguap. Air dikeluarkan dari bahan pada tekanan udara (760 mmHg) sehingga air menguap pada suhu 100oC yaitu sesuai titik didihnya. Oven yang digunakan umumnya dipanaskan dengan listrik atau dengan pemanas inframerah yang dilengkapi dengan neraca analitik yang terpasang didalamnya. Analisis kadar air dengan oven berpemanas infrared dapat dilakukan dengan cepat (untuk analisis kadar air rutin), tidak mengakibatkan kenaikan suhu berlebihan pada sampel. Radiasi infrared mempunyai kekuatan penetrasi yang kuat sehingga air dalam bahan dapat diuapkan pada suhu tidak lebih dari 70oC. Pada oven berpemanas listrik, air pada bahan dapat diuapkan pada suhu 100oC.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi analisis air dengan metode oven udara yaitu penimbangan contoh/bahan, kondisi oven, pengeringan contoh, dan perlakuan setelah pengeringan. Beberapa faktor yang mempengaruhi yang berkaitan dengan kondisi oven adalah fluktuasi suhu, kecepatan aliran, serta kelembaban udara dalam oven.
Kelemahan metode pengeringan dengan oven antara lain:
- Bahan lain di samping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri, dan lain-lain.
- Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat lain mudah menguap. Contoh gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi,, lemak mengalami oksidasi dan sebagainya.
- Bahan yang mengandung bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya meskipun sudah dipanaskan.
                                                                               
2. 5. Analisis Kadar Abu dan Mineral
2.5.1    Pengertian Abu dan Mineral
Abu adalah nama yang diberikan pada semua residu non-cair yang tersisa setelah sampel dibakar, dan sebagian besar terdiri dari oksida logam atau zat anorganik sisa hasil pembakaran (pengabuan) suatu bahan organik. Pengabuan tersebut merupakan proses mineralisasi untuk zat prekonsentrasi demi kepentingan analisis kimia. Pengabuan merupakan tahapan persiapan contoh yang harus dilakukan dalam anailisis elemen-elemen mineral (individu).
Secara umum abu terdiri dari garam material anorganik (misal garam yang mengandung ion Na+, K+, dan lain-lain). Terkadang juga mengandung mineral tertentu misal klorofil dan hemoglobin.
Komponen mineral suatu bahan sangat bervariasi baik macam dan jumlahnya. Sebagai gambaran dapat dikemukakan sampel kalsium sebagai berikut :

·         Kalsium (Ca)

Di antara komponen mineral yang ada, kalsium relatif tinggi pada susu dan hasil olahannya, serealia, kacang-kacangan, ikan, telur dan buah-buahan. Sebaliknya bahan yang kandungan kalsium sedikit adalah gula, pati dan minyak. Kalsium adalah mineral yang terbanyak terdapat dalam tubuh manusia yaitu lebih daripada 90%  bahan keras dalam tulang dan gigi. Ca diperlukan untuk pembentukan tulang yang kuat serta gigi. Ca juga untuk pembekuan darah, penghantaran impuls saraf, dan kontraksi otot. Peranan penting kalsium ialah mencegah penyakit osteoporosis. Sumber : Susu, sayur-sayuran, daun-daunan, ikan kecil yang dimakan seluruhnya.

Ø  Prinsip Analisis Kadar Abu Dan Mineral
Menurut Winarno (1991), kadar abu yang yang terukur merupakan bahan-bahan anorganik yang tidak terbakar dalam proses pengabuan, sedangkan bahan-bahan organik terbakar. Untuk menentukan kandungan mineral pada bahan makanan, bahan harus dihancurkan/didestruksi terlebih dahulu. Cara yang biasa dilakukan yaitu pengabuan kering (dry ashing) atau pengabuan langsung dan pengabuan basah (wet digestion).
Prinsip penentuan kadar abu ialah dengan menimbang berat sisa mineral hasil pembakaran bahan organik pada suhu 550°C. Penetuan kadar abu dapat dilakukan secara langsung dengan membakar bahan pada suhu tinggi (500-600°C) selama 2-8 jam dan kemudian menimbang sisa pembakaran yang tertinggal sebagai abu (AOAC 2005). Pengabuan dilakukan untuk menentukan jumlah mineral yang terkandung dalam bahan. Penentuan kadar mineral bahan secara asli sangatlah sulit, sehingga perlu dilakukan dengan menentukan sisa hasil pembakaran dari garam mineral bahan tersebut. Pengabuan dapat menyebabkan hilangnya bahan-bahan organik dan anorganik, sehingga terjadi perubahan radikal organik dan terbentuk elemen logam dalam bentuk oksida atau bersenyawa dengan ion-ion negatif (Anonim, 2008).
Kadar abu suatu bahan ditetapkan pula secara gravimetri. Penentuan kadar abu merupakan cara pendugaan kandungan mineral bahan pangan secara kasar. Bobot abu yang diperoleh sebagai perbedaan bobot cawan berisi abu dan cawan kosong. Apabila suatu sampel di dalam cawan abu porselen dipanaskan pada suhu tinggi sekitar 650oC akan menjadi abu berwarna putih. Ternyata di dalam abu tersebut dijumpai garam-garam atau oksida-oksida dari K, P, Na, Mg, Ca, Fe, Mn, dan Cu, disamping itu terdapat dalam kadar yang sangat kecil seperti Al, Ba, Sr, Pb, Li, Ag, Ti, As, dan lain-lain.

Ø  Pengabuan cara kering (langsung)
Pengabuan cara kering dilakukan dengan mengoksidasikan zat-zat organik pada suhu 500-600oC, kemudian melakukan penimbangan zat-zat tertinggal. Pengabuan cara kering digunakan untuk penentuan total abu, abu larut, abu tidak larut air dan tidak larut asam. Waktu yang dibutuhkan untuk proses pengabuan lama, suhu yang diperlukan tinggi, serta untuk analisis sampel dalam jumlah yang banyak. Pengabuan dilakukan melalui 2 tahap yaitu :
a)      Pemanasan pada suhu 300oC yang dilakukan dengan maksud untuk dapat melindungi kandungan bahan yang bersifat volatil dan bahan berlemak hingga kandungan asam hilang. Pemanasan dilakukan sampai asap habis.
b)      Pemanasan pada suhu 800oC yang dilakukan agar perubahan suhu pada bahan maupun porselin tidak secara tiba-tiba agar tidak memecahkan krus yang mudah pecah pada perubahan suhu yang tiba-tiba.

Pengabuan kering dapat diterapkan pada hampir semua analisa mineral, kecuali mercuri dan arsen. Pengabuan kering dapat dilakukan untuk menganalisa kandungan Ca, P, dan Fe akan tetapi kehilangan K dapat terjadi apabila suhu yang digunakan terlalu tinggi. Penggunaan suhu yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan beberapa mineral menjadi tidak larut.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengabuan cara kering, yaitu mengusahakan suhu pengabuan yang digunakan dapat ditentukan sedemikian rupa, sehingga tidak terjadi kehilangan elemen secara mekanis karena penggunaan suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya penguapan beberapa unsur, seperti K, Na, S, Ca, Cl, dan P. Selain itu suhu pengabuan juga dapat menyebabkan dekomposisi senyawa tertentu misalnya K2CO3, CaCO3, MgCO3. Menurut Whichman (1940, 1941), K2CO3 terdekomposisi pada suhu 700oC, CaCO3 terdekomposisi pada 600 – 650oC sedangkan CO3 terdekomposisi pada suhu 300 – 400 oC. Tetapi bila ketiga garam tersebut berada bersama-sama akan membentuk senyawa karbonat kompleks yang lebih stabil.

BAB III
PELAKSANAAN ANALISA

3. 1. Waktu
Jadwal pelaksanaan praktikum per-minggu bulan November 2015
No.
Kegiatan
I
II
III
IV
1.
Pengambilan Contoh (sampling) pada wijen dengan Metode Quartering.



2.
Analisis Kadar Air pada wijen dengan Metode Oven Udara.


3.
Analisis Kadar Abu dan Mineral pada wijen.


4.
Dokumentasi dan penyusunan laporan.

Keterangan :
Minggu
Tanggal Kegiatan
Kegiatan
I
·   Senin, 2 November 2015
Melakukan teknik pengambilan sampel (sampling) wijen dengan metode quartering.
Mengkonstankan krusibel untuk analisis kadar air dengan metode oven udara.
·   Jum’at, 6 November 2015
Memasukkan sampel ke krusibel, dan dioven sebagai massa awal sampel.
II
·  Senin, 9 November 2015
Mengkonstankan krusibel berisi sampel sebagai massa akhir sampel.
·  Jum’at, 13 November 2015
Menganalisis kadar abu dan mineral pada wijen tahap awal.
III
·   Senin, 16 November 2015
Menganalisis kadar abu dan mineral pada wijen tahap akhir.
·   Jum’at, 20 November 2015
Melanjutkan analisis kadar abu dan mineral (jika belum selesai).
IV
·  Senin,23 November 2015
Penyusunan dokumentasi dan laporan sementara.
·  Jum’at, 27 November 2015
Membuat laporan proyek hasil praktikum Kimia Analitik Terapan yang telah dilaksanakan selama 1 bulan.

3. 2. Prinsip Kerja







Text Box: PENGAMBILAN SAMPEL





Text Box: PREPARASI SAMPEL









Text Box: PENENTUAN KADAR MINERAL (Ca)
 





















3. 3. Alat dan Bahan
ALAT
BAHAN
JUMLAH
Lumpang dan Alu

1 pasang
Botol plastic

1 buah
Penggaris segitiga

1 pasang
Spatula

1 buah
Kertas dan label

2 buah
Neraca digital

1 buah
Kaca arloji

1 buah
Krusibel

2 buah
Krustang

1 buah
Oven

1 buah
Desikator

1 buah
Tanur

1 buah

Biji wijen
Secukupnya

Aquadest
Secukupnya

3. 4. Prosedur / Langkah Kerja
Pengambilan Sampel (Sampling) dengan Metode Quatering:
1.   Wijen digerus halus dengan lumpang dan alu.
2.   Lalu disebarkan secara rapi diatas kertas berbentuk bujur sangkar dan kemudian dibagi (menggunakan penggaris segitiga) menjadi 4 bagian dengan diberi 2 garis diagonal.
3.   Kerucut yang saling berhadapan disatukan kembali.
4.   Lakukan langkah no. 2 dan 3 sampai didapat berat sampel yang diperlukan.
5.   Masukkan sampel kedalam botol plastik tertutup dan beri label.
(sumber : buku modul kimia analitik terapan kelas XI semester 3 kurikulum 2013)

Analisis Kadar Air dengan Metode Oven Udara :
1.   Panaskan krusibel dalam oven pada suhu 105oC selama 30 menit.
2.   Dinginkan dalam desikator selama 15 menit.
3.   Timbang dan catat bobotnya.
4.   Ulangi sampai diperoleh bobot konstan.
5.   Timbang wijen sebanyak 10 gram pada krusibel tertutup yang telah didapat bobot konstannya.
6.   Panaskan pada oven pada suhu 105oC selama 1 jam.
7.   Dinginkan dalam desikator selama 30 menit.
8.   Timbang krusibel yang berisi wijen tersebut.
9.   Ulangi pemanasan dan penimbangan hingga diperoleh bobot konstan.
(sumber : buku modul kimia analitik terapan kelas XI semester 3 kurikulum 2013)

Analisis Kadar Abu dan Mineral :
1.   Timbang biji wijen sebanyak 10 gram atau menggunakan sampel yang telah diovenkan setelah praktikum analisis kadar air kedalam krusibel. Jika sampel tersebut lembab, uapkan terlebih dahulu kedalam oven.
2.   Tahap awal yaitu arangkan sampel kedalam tanur dengan suhu 200oC selama 15 menit. Suhu dinaikkan 100oC setelah 15 menit. Lakukan hal tersebut hingga suhu 550oC selama 8 jam
3.   Dinginkan dalam desikator selama 1 jam.
4.   Tahap akhir adalah mengabukan sampel kedalam tanur. Lakukan seperti langkah no. 2 dan kemudian didinginkan kembali kedalam desikator selama 1 jam.
5.   Timbang krusibel berisi sampel sebagai bobot akhir sampel.
(sumber : buku modul kimia analitik terapan kelas XI semester 3 kurikulum 2013)

Analisis Kadar Ca pada Biji wijen dengan Metode Titrasi Permanganometri :
1.   Kurang lebih 150 mg abu biji wijen ditimbang dengan teliti dan dimasukkan kedalam beakr glass.
2.   Tambahkan 5 mL HCl 4N dan dihangatkan sehingga seluruh sampel larut.
3.   Selanjutnya larutan dididihkan sebentar untuk mengusir semua CO2, diencerkan hinggal 200 mL dipanaskan sampai 90oC dan dibubuhi 2 tetes indikator metil merah.
4.   Sekarang ditambahkan kedalam tersebut 20 mL larutan ammonium oksalat setetes demi setetes (sambil diaduk) kemudian ditambahkan ammonia 5N, hingga terjadi perubahan warna.
5.   Endapan dipanaskan diatas penangas air selama 1 jam. Kemudian disaring, dicuci dengan air yang dibubuhi beberapa tetes asam asetat 5N.
6.   Sesudah endapan bersih corong endapan ditaruh diatas erlenmeyer 300 mL dan endapan dilarutkan dengan H2SO4 4N panas.
7.   Asam oksalat yang dibebaskan ini dititer pada suhu 70oC dengan larutan KmnO4 0,1 N. Penetapan dilakukan 2 kali.
(sumber : buku jobsheet titrigrav kelas XI semester 3 kurikulum 2013 oleh tim pengajar kimia)



Demikian proposal yang saya buat. Terus pantau blog saya untuk membantu adik-adik sekalian dalam mengerjakan tugas sekolah di kurikulum 2013. Baca juga nih http://sh.st/PMdPw
Thank you :)  

                                        


















BAB IV
PENUTUP
Dengan adanya praktikum Analisa Penentuan Kadar Ca pada Biji Wijen, kami berharap masyarakat tidak ragu-ragu menggunakan biji wijen sebagai bahan pangan tambahan pada makanan. Telah diketahui bahwa biji wijen memiliki kandungan Ca yang baik untuk tulang kita. Namun tidak hanya kandungan Ca yang didapat, terdapat kandungan Mg, Pb, Fe, Mn, Zn, Serat, Thiamin, Vitamin B6, Fosfor, dan Protein.
Terdapat 10 khasiat wijen yang luar biasa untuk kesehatan, diantaranya : Mencegah diabetes mellitus, menjaga kesehatan kulit, mengatasi anemia, menjaga kesehatan tulang, anti kanker, menjaga pencernaan, membantu pertumbuhan rambut, obat sakit gigi, meringankan arthritis, dan mengurangi stess.